Umat Buddha merayakan Hari Suci Waisak tahun ini pada tanggi 16 Mei 2023. Waisak merupakan salah satu Hari Besar untuk pemeluk Agama Buddha.
Sejarah singkat perayaan Hari Waisak memiliki makna penting bagi setiap penganutnya di seluruh Dunia. Tak sekedar perayaan, Hari Waisak juga merupakan Momentum peringatan Tiga peristiwa penting yang disebut sebagai Tri Suci Waisak, berikut sedikit sejarahnya :
- Kelahiran Pangeran Siddharta
Pangeran Siddharta adalah seorang Putra dari pasangan Sudodhana dan Ratu Mahamaya yang lahir pada tahun 623 sebelum Masehi di Taman Lumbini.
Kelahiran Pangeran Siddharta ini untuk menjadi seorang yang bernama Bodhisattva atau calon Buddha yang akan mencapai Kebahagiaan yang tertinggi.
- Siddharta Mencapai Penerapan Agung
Pada Usia 29 Tahun, Pangeran Siddharta meninggalkan Istana untuk mencari kebebasan dari Umur Tua, Sakit, dan Mati, pada saat Purnama Sidhi bulan Waisak 588 sebelum Masehi.
Di Bulan tersebut, Pangeran Siddharta mencapai Penerapan Agung sehingga mendapat gelar sebagai Buddha.
- Pencapaian Parinibbana
Ketika menginjak Usia 80 Tahun, Sang Buddha wafat dan mencapai Parinibbana di Kusinara pada 543 sebelum Masehi. Para pengikutnya melakukan sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Sang Buddha.
Sejarah Singkat Perayaan Hari Waisak
Waisak sudah berlangsung sejak sebelum Abad Ke-19 dan dilaksanakan tertutup di tempat Ibadah penganut Buddha yaitu Vihara.
Di Akhir Abad ke-19, perayaan Hari Waisak mulai bergeser dikarnakan ada pengaruh gerakan Modernisasi yang berawal dari Negara Sri Lanka, lalu masuk ke Asia Timur dan Tenggara.
Umat Buddha di Sri Lanka meminta agar Hari Suci Waisak itu diakui dan Resmi seperti Hari Besar Agama lainnya.
Keputusan merayakan Tri Suci diresmikan adalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia atau World Fellowship of Buddhists (WFB) pertama di Sri Lanka pada tahun 1950.
Kemudian setelahnya perayaan Waisak dilakukan pada purnama bulan pertama Mei berdasarkan kalender India kuno.
Perayaan Waisak di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Hari Raya Waisak juga mengikuti hasil berdasarkan keputusan dari WFB.
Umat Buddha di Indonesia menggelar Tradisi Waisak yang berpusat di Candi Mendut dan Candi Borobudur sejak tahun 1929.
Perayaan tersebut digagas oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda, karna pada saat itu anggota mereka terdiri dari campuran Eropa serta Jawa Ningrat.
Sebelumnya Candi Borobudur pernah cukup lama tidak dipakai sebagai pusat kegiatan keagamaan pasca dibangun pada Abad ke-8 dan 9 Masehi.
Setelah diizinkan, perayaan Waisak di Candi Borobudur bermaksud untuk menghidupkan kembali nilai Spiritual dan juga menjadi bukti Toleransi dalam kehidupan beragama.
Ritual Pokok Waisak
Perayaan Waisak di Indonesia umumnya diselenggarakan di kompleks Candi Borobudur. Meski begitu ada juga yang merayakannya dengan di Vihara.
Ritual Pokok Waisak yang berlangsung di Candi Borobudur meliputi :
- Pengambilan Air Berkat di kawasan Mata Air Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah
- Menyalakan Obor yang menggunakan sumber Api Abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah
- Melaksanakan Ritual Pindapatta dengan memberi Dana makanan kepada para Biksu untuk kebajikan.
- Samadhi pada detik detik puncak Bulan Purnama. Penetuan Bulan Purnama ini berdasarkan hitungan Falak, sehingga puncak Purnama bisa terjadi di Siang Hari.
Itulah Sejarah singkat tentang Perayaan Hari Waisak dari Zaman peradaban Kuno sampai sudah dikenal diseluruh Dunia termasuk Indonesia yang diperingati setiap tahunnya.